الحمد لله الذى حثنا على الوحدة و الأخوة. أشهد أن لا إله
إلا الله وحده لاشريك له الملك الحقّ المبين. وأشهد أن محمّدا عبده ورسوله
خاتم الأنبياء والمرسلين. اللهمّ صلّ وسلّم وبارك على سيدنا محمّد وعلى أله
واصحابه أجمعين. أمّا بعد , فياعبادالله, أوصيكم وإيّاي بتقوى الله وطاعته
لعلكم ترحمون.قال الله تعالي في القران الكريم وهو اصدق القائلين:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Hadirin, Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah!
Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 sebentar lagi digelar, yaitu sekitar
satu bulan ke depan. Penyelenggaraan Pemilu tahun ini, merupakan kali
keempat dalam Orde Reformasi atau pasca Orde Baru. Pemilu sejatinya
menjadi ajang pemuliaan martabat manusia, sebab lewat mekanisme
demokrasi, dapat dipilih pemimpin-pemimpin yang berkualitas, baik untuk
pemilihan legislatif (Pileg) di DPR/DPRD dan DPD, ataupun pemilihan
eksekutif, yakni pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres), yang
dilaksanakan setelah pemilihan legislatif. Di pundak merekalah
bergantung nasib jutaan rakyat Indonesia. Melalui mereka, impian
kesejahteraan rakyat Indonesia ini, diharapkan dapat menjadi kenyataan.
Sayangnya, sistem seleksi kepemimpinan lewat mekanisme demokrasi
Pemilu di Indonesia, terkadang mengalami disorientasi. Pemilu sering
dinilai gagal untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu menghasilkan
pemimpin-pemimpin berkualitas, yang mampu memimpin dan mengelola negara
demi kesejahteraan rakyat. Demokrasi alih-alih bermetamorfosa menjadi
sistem politik “dagang sapi”, yang sangat transaksional. Dalam konteks
ini, menurut Dr. Solatun Dulah Suyati, M.Si dalam karya terbarunya
terbitan Januari 2014, sistem ini telah mengabaikan kapasitas,
integritas dan kapabilitas moral dan pengetahuan calon pemimpin. Karena,
yang dibutuhkan calon pemimpin dalam sistem politik “dagang sapi” ini
adalah popularitas dan kemampuan ekonominya yang kuat, bukan lagi
kapasitas, integritas dan kapabilitas kepribadiannya. Demokrasi di
Indonesia diakuinya menjadi proses transaksional dan proses
industrialisasi politik yang paling kapitalistik di dunia, bahkan
melampaui praktik yang pernah ada di Amerika Serikat.
Sidang Jum’at yang Berbahagia!
Untuk itu, pada khutbah kali ini, Khatib akan mengulas sedikit
mengenai bagaimana memilih pemimpin dalam konsepsi Islam. Kriteria apa
yang harus dimiliki seorang pemimpin? Diharapkan tema ini menjadi
semacam pencerahan bagi kita semua, dalam memilih pemimpin pada pesta
politik besok 9 April 2014. Nabi Muhammad lahir ke dunia, untuk
menggenapkan misi suci yang telah dibawa para nabi dan rasul sebelumnya.
Allah telah menurunkan risalah yang satu ini, untuk memimpin dan
membimbing manusia di segala zaman. Perbedaan bahasa dan budaya, serta
tantangan lingkungan di setiap masa, tidak dapat menyimpangkan
nilai-nilai universal Islam yang dibutuhkan manusia untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Nilai-nilai universal itu, antara
lain: mengesakan Allah Sang Pencipta (tauhid), menegakkan keadilan,
menebarkan kedamaian dan kebaikan, serta mencegah kemungkaran dan
penindasan. Untuk menjalankan misi yang berat ini, maka diperlukan
karakter manusia yang kokoh integritas dan kepribadiannya, sebagaimana
tercermin dalam sifat-sifat wajib Nabi yang empat, yaitu shidq atau jujur, amānah atau dapat dipercaya, fathānah atau cerdas, dan tablīgh atau komunikatif dalam istilah manajemen modern.
Karena keterbatasan waktu, fokus khutbah kali ini adalah tentang karakter amānah
atau dapat dipercaya. Apa itu amanah? Bagaimana Islam bicara tentang
amanah? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan. Terma “amanah”
sesungguhnya merupakan istilah bahasa Arab yang telah mengalami
pengindonesiaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ditemukan
dua kata yang menunjuk makna “amanah” dalam bahasa Arab, yaitu amanah
atau amanat. “Amanah” dapat diartikan sebagai: pesan yang dititipkan
kepada orang lain untuk disampaikan; keamanan dan ketenteraman; atau
kepercayaan. Sedangkan “amanat” mengandung arti: sesuatu yang
dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain; bisa berarti pesan,
nasihat atau petuah yang baik dan berguna dari orangtua; atau bisa juga
bermakna perintah dari atasan atau wejangan dari seorang pemimpin.
Sedangkan dalam bahasa Arab, “amanah” merupakan kata benda dari Amuna-Ya’munu-Amnan wa Amanatan, yang berasal dari akar kata Hamzah, Mim dan Nun. Di dalam Kamus Mu’jam Maqayis al-Lugah
disebutkan bahwa kata “amanah” memiliki dua makna, yaitu lawan dari
kata “khianat”, yang berarti ketenangan atau ketenteraman hati; dan juga
bisa berarti al-tasdiq atau pembenaran.
Hadirin Sidang Jumah Rahimakumullah!
Dari akar kata yang sama dengan amanah, juga muncul kata “Iman” dan
“aman”. Artinya, amanah itu terkait dengan keimanan, bahkan keimanan
menjadi dasar bagi suatu amanah. Di dalam Musnad Ahmad ibn Hambal Juz
III ditemukan hadis لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَه (Tidak ada
keimanan bagi orang yang tidak memiliki amanah). Ini pula yang dimaksud
Q.S. al-Mu’minun: 1-8 bahwa salah satu ciri orang beruntung adalah
Mukmin yang memelihara amanah yang dipikulnya:
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÏF»oY»tBL{ öNÏdÏôgtãur tbqããºu ÇÑÈ
Amanah yang berdasar keimanan itu pada gilirannya dapat melahirkan
rasa aman dan keamanan. Ragib al-Isfahani dan Farid Wajdi sepakat bahwa
amanah itu melahirkan Tu’maninat-un-nafs (ketenteraman jiwa) dan sukun-ul-qalb
(ketenteraman hati). Oleh karena itu, wajar kalau Rasulullah dalam
hadis Bukhari menyebutkan bahwa apabila amanah tersia-siakan, tidak
ditunaikan, maka akan datang suatu kehancuran yang melahirkan rasa
ketidakamanan.
إِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ، قَالَ:
كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ الأَمْرُ
إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.
“Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya.
Sahabat bertanya: Bagaimana bentuk penyia-nyiaan amanah itu? Rasul
menjawab: Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten,
maka tunggulah saat kehancurannya” (H.R. Bukhari).
Hadirin Yang Berbahagia!
Amanah menempati posisi strategis dalam syariat Islam, bahkan dalam suatu sistem pemerintahan. Rasulullah yang mendapat gelar Al-Amin,
yaitu orang yang terpercaya, menegaskan bahwa amanah menjadi salah satu
pembeda kaum muslim dengan kaum munafik. Dalam hadis Muttafaq ‘Alaih,
Rasul bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
“Tanda-tanda munafik itu ada tiga: apabila bicara, berdusta; apabila
berjanji mengingkari; dan apabila dipercaya (amanah), berkhianat”.
Rasulullah sendiri telah memperingatkan kaum Muslim agar tidak
sembarangan memberikan amanah (kepercayaan) kepada orang lain, terutama
apabila ia adalah sanak familinya. Sabda Rasul: “Barangsiapa yang
mengangkat seseorang (untuk suatu jabatan) karena semata-mata hubungan
kekerabatan dan kedekatan, sementara masih ada orang yang lebih tepat
dan ahli daripadanya, maka sesungguhnya dia telah melakukan
pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman”
(H.R. al-Hakim).
Lebih jauh, Rasulullah dalam Sahih Muslim Juz III, tidak mau
memberikan amanah kepada Abu Dzarr al-Gifari ketika meminta suatu
jabatan, bahkan Rasul mengatakan bahwa engkau terlalu lemah untuk posisi
tersebut.
عَنْ أَبِي ذَرِّ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ أَلاَ
تَسْتَعْمِلْنِي؟ قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ
(يَا أَبَا ذَرِّ إِنَّكَ ضَعِيْفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا
وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا).
Dari Abu Dzarr, ia berkata: Saya berkata kepada Rasulullah, Wahai
Rasul, hendaklah engkau memberiku jabatan! Rasulullah kemudian menepuk
punggung saya seraya berkata, Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau itu
lemah dan sungguh jabatan itu adalah amanah, dan jabatan itu pada hari
kiamat hanyalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang
mengambilnya secara benar dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya”
Jamaah Jumah Rahimakumullah!
Dengan demikian, posisi Islam terhadap amanah ini sangat jelas sekali
urgensinya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kehidupan
berpolitik dan bernegara. Banyak dijumpai dalam al-Qur’an, ayat-ayat
yang menyuruh melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam Q.S.
al-Nisa: 58 misalnya menyebutkan:
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù’t br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$#
#n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br&
(#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ)
©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Meskipun ayat tersebut turun dalam masalah ‘Usman bin Talhah
al-Hujubi tentang kunci Ka’bah yang diminta oleh al-‘Abbas agar dia yang
memegangnya, kemudian Allah menurunkan ayat tersebut sebagai perintah
agar memberikan amanah kepada orang yang berhak, namun menurut Prof.
Wahbah al-Zuhaili dalam al-Tafsir al-Wasit Juz I, ayat tersebut
tetap berlaku bagi setiap orang agar melaksanakan amanah yang menjadi
tanggungannya, baik kepada khalayak maupun kepada individu.
Pada ayat lain, meskipun tidak menggunakan kata kerja perintah secara
langsung seperti pada ayat di atas, tetapi tetap mengandung perintah
untuk melaksanakan amanah, karena menggunakan fi’il mudari yang disertai huruf lam perintah, yaitu terdapat dalam QS. al-Baqarah: 283.
* Ïjxsãù=sù Ï%©!$# z`ÏJè?øt$# ¼çmtFuZ»tBr& È,Guø9ur ©!$# ¼çm/u
“Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”.
Hadirin! Demikianlah amanah sangat penting posisinya dalam
segala kehidupan manusia, karena tanpa amanah, berbagai macam aturan,
undang-undang dan sebagainya tidak dapat terlaksana dengan baik. Oleh
karena itu, wajarlah jika Allah memberikan amanah sebagai suatu bentuk
ketaatan. Amanah tidak hanya terkait dengan aspek diniyah seperti
ibadah, tapi juga terkait dengan aspek duniawi seperti jabatan dan
kekuasaan. Hal ini terkait dengan kondisi tahun politik 2014, di mana
kita dihadapakan pada banyak pilihan Caleg-caleg, yang fose dan fotonya
terpampang hampir di setiap sudut jalan protokoler, bahkan di gang-gang
sekalipun. Semoga khutbah ini dapat memberi pencerahan bagi kita untuk
memilih calon-calon pemimpin bangsa yang amanah, karena kita tidak salah
memilih. Ingat! Jika kita tidak memilih pemimpin yang amanah, maka
tunggulah saat kehancuran bangsa ini.
بارك الله لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA:
الحمد لله الذي أكمل لنا ديننا وأتم علينا نعمته ورضي لنا
الإسلام ديناَ. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمّدا
عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله واصحابه أجمعين.
أما بعد: فياأيهاالمسلمون الكرام, إتقوا الله حق تقاته ولا تموتنّ إلا
وأنتم مسلمون.
Hadirin, rahimakumullah! Pada khutbah kedua ini, marilah kita memohon
kepada Allah, agar kita selaku bangsa diberi kekuatan iman oleh Allah
untuk memilih calon-calon pemimpin bangsa yang memiliki sifat-sifat
kenabian, yang salah satunya adalah berkarakter amanah. Amin ya Rabbal
alamin!
إن الله وملاءكته يصلون علي النبي. ياأيهاالذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل علي سيدنا محمد وعلي أل سيدنا
محمد والحمد لله رب العالمين. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين
والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. إنك سميع قريب مجيب الدعوات, ويا قاضي
الحاجات. اللهم أعز الإسلام والمسلمين, وأصلح ولاة المسلمين, وألف بين
قلوبهم وأصلح ذات بينهم وانصرهم علي عدوك وعدوهم, ووفقهم للعمل بما فيه
صلاح الإسلام والمسلمين. اللهم لاتسلط علينا بذنوبنا من لايخافك
ولايرحمنا, يا أرحم الراحمين. ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنة
وقنا عذاب النار. والحمد لله رب العالمين.
عباد الله, ان الله يأمر بالعدل ولإحسان وإيتاء ذي القربي
وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغى, يعظكم لعلكم تذكرون ولذكر الله أكبر. أقم
الصلاة !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar