Rabu, 16 Oktober 2013

KISAH INSPIRATIF

Assalamualaikum...

Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol minuman. Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “Alangkah buruk akhlak orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku!” Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan. Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, “Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang.” Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak.” Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.” Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan.” Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.

semoga bisa diambil manfaat dari sebuah kisal ini..

Belanda vs Turki

Belanda vs Turki
---
Belanda atawa Nederland, finalis Piala Dunia 2010, sesungguhnya sering diejek sebagai kesebelasan anak-anak keju oleh musuh bebuyutannya; Jerman dan Perancis. Anak-anak keju adalah ejekan yang bermakna bocah-bocah lembek. Ejekan yang selalu muncul saat perang antar suporter kedua kesebelasan. Sejak kapan ejekan ini muncul? Saya tak tahu asbabul wurudnya. Tampaknya ada kesinambungan dengan sejarah ketiga negara ini. Kerajaan Belanda pernah dijungkalkan Napoleon di abad 19. Kemudian Belanda menjadi sansak tak bergerak pasukan Nazi Jerman, hingga Ratunya harus mengungsi ke Inggris. Herannya, jika di Eropa sana Belanda jadi bulan-bulanan, mengapa di Nusantara bisa berkuasa lebih dari tiga abad?

Itu pertanyaan yang butuh jawaban bersifat permenenungan, saya kira. Lalu apa maksud tulisan ini? Kita cermati polarisasi pemain di timnas Belanda. Ada pluralitas di dalam tim yang dirawat dari generasi ke generasi: bule bermata biru seperti Arjen Robben & Dirk Kuyt, keturunan Afrika seperti Patrick Kluivert, blasteran macam Ruud Gullit, dari wilayah protektorat kayak Clarence Seedorf, anak imigran seperti Khaled Bolahrouz dan Ibrahim Affelay, dlsb.

Sebenarnya ini persis realitas yang diterapkan oleh Londho saat menjajah; rekrut tenaga pribumi, satukan, ikat, pergunakan sebaiknya. Puncaknya strategi adu domba karena ongkosnya murah dan irit.

Dinihari tadi timnas Belanda menghadapi Turki. Ini sejarah yang berulang meski di lapangan hijau. Beberapa abad silam, kedua negara ini baku bunuh, langsung maupun tidak. Saat Belanda mencapai selat Malaka dan berusaha mengangkangi perdagangan di Timur Nusantara, Kesultanan Aceh meminta bantuan Sultan Turki. Wujudnya: ratusan marinir Turki Usmani mendarat di Aceh. Sebagian besar pasukan kemudian mendarmabaktikan hidupnya di Aceh hingga beranakpinak. Konon, pria-wanita rupawan berhidung mancung bermata biru yang menjadi penduduk Lhamno adalah anak cucu dari marinir Turki ini. Versi lain; keturunan Portugis! Kebenarannya? Allahu A'lam.

Di Jawa, Belanda dan Turki juga bertarung, meski tidak secara langsung. Perang Diponegoro adalah buktinya. Sang pangeran meminta legitimasi kekuasaan kepada Sultan Turki hingga kemudian memakai gelar Amirul Mukminin Herucokro Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ing Tanah Jawi. Lebih dahsyat, dalam hal penggunaan taktik, formasi tempur, hingga hierarki militer beserta gelarnya, Pangeran Diponegoro mengadopsi sistem Turki. Mulai gelar "Pasya"/"Basa" bagi panglima perang, pasukan khusus pengawal sang pangeran bernama Burjumungah diilhami dari Arkio-Bulkio-nya Turki, hingga pataka dan warna warni sorban & jubah juga dipengaruhi corak Turki.

Siapa yang mempengaruhi pandangan Pangeran Diponegoro? Namanya Haji Badaruddin. Ia adalah elit militer di kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat. Ia pergi haji, kemudian singgah dan belajar sejenak di Turki. Saat pulang ia membawa sebuah kitab perang karya Haji Bektasy, pendiri Tarekat Bektasyiyah, tarekat yang diwajibkan bagi seluruh anggota Janissary, kopassusnya Turki Usmani. Jika Janissary menggunakan "kurikulum" Tarekat Bektasyiyah, maka Pangeran Diponegoro dan pasukannya terikat dengan Tarekat Syatthariyah dan Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. 
By. Rijal Pakne Avisa